Villager Tom Holland reminds me of Indonesian 10-am FTV played by random white people acting as a lower class 😭😭🤚🏽

Declare myself a psychopath for watching that parasite-infecting scene while eating a cup of instant noodles

Grande production design, but unfortunately it goes with very poor writing—lack of background story and even stupid characterization. Wtf do you mean two dumbass humans talking to each other with different languages💀 wasted potential

Well, turns out, no matter how advanced technology this day, still it can’t permanently replace the human’s role in everything, especially relationship.. It’s even equal to human, good in disappointing.

CGI nya kerasa kasar untuk ukuran film yang release tahun 2019. Jokes-jokesnya pun cringe.

Peningkatan yang amat pesat dari segi script, sinematografi, humor—di mana jokes pada 2 film pendahulu barely bikin ngakak— dan paling menonjol sih visual effect nya yang membuat gue nggak nyadar ada 1 main character diperankan orang berbeda saking miripnya 😯

Punya materi konflik yang escalated dari film pertama. Namun, sangat disayangkan karena keterbatasan durasi, development characternya jadi kerasa nggak natural.

Apresiasi untuk tim yang bekerja keras dalam membuat practical effectnya, terlihat sangat meyakinkan untuk ukuran film yang dirilis di era 1990an. Namun, hampir seluruh aspek comedy nya gagal bikin ketawa.

Kualitas CGI di film ketiga ini sedikit mengalami penurunan jikalau dibandingkan dengan pendahulunya. Porsi action di sini pun sangat tipis dan cukup disayangkan karena tidak ada scene action yang seintens film pertama atau kedua, karena lebih berfokus ke elemen dramanya—yang untung aja tidak draggy sama sekali.

Better than the first movie. But unfortunately the romance element isn't getting enough exploration so it’s kinda confusing for me. Therefore, I rate this the same as the first one.

Storyline nya menarik dan cukup thrilling. Namun, di babak pertengahan pacingnya kerasa seperti diatur oleh siput... alias agak melambat.