The most different story among the 3 others. Don’t know what to say

This review may contain spoilers. I can handle the truth.
Sempet salty sama karakter utama, Ani yang keliatan egois dan ga realistis pula. Ceritanya mau mertahanin usaha bioskop yang terus merugi 10 tahun, padahal pemiliknya udah gapunya duit. Karakter warga sekitar juga hampir gaada bedanya sama Ani sih, mereka memang menggantungkan hidup dari pelanggan yg dateng ke bioskop, tapi malah kaya tutup mata kalo usaha bioskop nya merugi terus. Untung aja endingnya ditutup dengan hangat dan kesatuan hati para warga sekitar agar bioskopnya tetap bertahan lumayan bikin terharu, meskipun udah…
This review may contain spoilers. I can handle the truth.
Film ini hanya diperankan oleh Raihaanun dan Donny Damara sebagai ayah dan anak, sehingga ceritanya fully difokuskan ke dinamika hubungan mereka yang telah lama terpisahkan. Lumayan nggak menyangka film indo di awal 2010-an ada yang mengangkat isu fatherless, karena justru masyarakat Indo baru aware terkait hal tersebut puluhan tahun setelahnya. Menggunakan teknik sinematografi yang shaky, membuat filmnya terasa lebih membumi dan tentunya memberikan kesan bahwa ini dokumentasi dari cerita asli kehidupan seseorang di dunia nyata, tanpa harus ditulis segede gaban…
This review may contain spoilers. I can handle the truth.
Mencoba men-challenge diri sendiri dengan menonton film ini saat lagi ngantuk-ngantuknya dan terbukti, beberapa kali nyaris ketiduran. Karena memang dibikin berbeda dari film-film pada umumnya, melalui gaya penuturannya yang slow-burn. Bahkan, banyak scene yang berlangsung selama beberapa menit sama sekali nggak menyertakan dialog dan musik, sehingga bisa banget untuk diskip tetapi nggak akan melewatkan apapun terkait ceritanya. Karakterisasi Joko Anwar di sini sebenarnya cukup unik, tetapi terasa minim urgensi mengapa harus diceritakan demikian.
This review may contain spoilers. I can handle the truth.
Padahal premisnya menarik banget, tapi durasinya terlalu pendek cuma 1 jam 15 menit aja. Akhirnya banyak banget part ceritanya yang ngga dieksplor, semuanya terasa tiba tiba.
Komedinya gue suka, walaupun memang bukan tipe komedi yang bikin ketawa menggelegar-membahana. Keunikan film ini bukan hanya karena premisnya, melainkan juga karena menyertakan karakter doggy. Meskipun si doggy bukan jadi fokus cerita utama kayak June & Kopi (2021), tapi gue tetep suka karena cuma hitungan jari film Indonesia di era modern yang menjadikan anjing sebagai main character.
This review may contain spoilers. I can handle the truth.
Dengan durasi hanya 81 menit, mulanya aku sempet underestimate bahwa character film ini nggak akan terdevelop dengan baik. Ternyata lumayan lah, meskipun seharusnya bisa lebih baik lagi. Unsur komedinya memang tempelan doang, tetapi unsur dramanya lumayan menyentuh dan mengharukan, terutama pada part melepas pembantu yang sudah lama kerja di rumah untuk balik ke kampung for good, terasa cukup personal bagiku karena telah mengalaminya berulang kali. Tone film nya pun cukup enak untuk dipandang. Akting para pemain pun oke. Namun, yang berperan sebagai anak dapat dibilang miscast, karena tidak cocok untuk diceritakan sebagai anak dari Morgan & Velove.
This review may contain spoilers. I can handle the truth.
Baru adegan pembuka udah kurang sreg sama filmnya. Tiba2 udah ada transisi antaradegan yang terasa terburu2 banget dan bahkan karakternya dalam berdialog ngga kalah terburu2 sama transisinya tadi, hingga akhirnya mau gamau harus ngaktifin subtitle.
Durasinya pun singkat banget, ga nyangka aja film dengan durasi sesingkat ini pernah diizinin buat tayang di bioskop. Satu momen dimana saat gw nonton aja kaget, lah kok tiba2 tinggal 1/2 jam lagi aja filmnya. Tentunya hal ini bukan tidak membawa dampak, justru berdampak sekali.…
Hmm, agak mixed feeling sihh. Di satu sisi, penggalian awal mula romance antara Plankton dan Karen nya menarik dan seru. Di sisi lain, sebagai orang yang ngikutin Spongebob dari jaman bocah, notice banget perbedaan background story dari para characternya di sini dibandingkan dengan yang ada di versi TV series. Seperti kisah perkenalan Plankton dan Krabs. Pada versi TV seriesnya, mereka berdua itu bestie dari kecil dan for some reason akhirnya musuhan (lupa kenapa LOL), tapi di sini diubah jadi receh…
This review may contain spoilers. I can handle the truth.
Sebenarnya sih banyak banget hal nonsense/janggal di film ini. Kayak, mereka pakai aplikasi sosmed asli yg ada di dunia nyata tapi ditampilin ga ada tombol buat matiin telfon atau tombol balas (untuk menciptakan kengerian sih, i know ), tapi kan aplikasinya exist di dunia nyata, jadi lebih bagus kalo tombolnya tetap ada dan ga bisa diklik, kaya kasus tombol unfriend yg error itu, cukup masuk akal lah buat gw. Dan setiap kali mereka chattingan, chatnya selalu keliatan kek baru chat 5…
This review may contain spoilers. I can handle the truth.
Berasa ngga natural karena banyak adegan yang harusnya ada dialog, kayak pas adegan anak2 sekolah lewat, pas di game center, dan saat ada kang paket. Apalagi pas bocil cewek dikelilingin kecoa, hiiih, org dewasa aja pasti teriak2 sampe suaranya abis.
Tuh bocil cewek kayanya emang udh ga kenal rasa takut si, org pas liat orang digergaji juga dia reaksinya cuma nutup mulut -> pasang ekspresi takut -> nangis dalam diam (gimana coba nangis gaada suara nya samsek, yeu kocak). Diliat2…
This review may contain spoilers. I can handle the truth.
Ku suka part gorenya, lumayan bikin ngilu dan takut. Kebodohan2 karakternya ya khas film horor banget sih.. jd i guess nothing special sih di sini kecuali gorenya td.
“Kok polisinya dateng sendiri2 sih, harusnya bareng2" kata emak yg nonton bareng gw. bener juga si, itu dia salah 1 kebodohan di film ini yg gw ga bisa terima..
A lil bit throwback ke masa2 bocah nonton versi kartunnya di Global TV 🐢 walau ga religiously ngikutin sih xixixi.
Bertahun2 kemudian, nemu ini di beranda netflix gue dan lgsg gas nonton, karena as I belum pernah nonton versi filmnya tp gatau ya maybe pernah tp lupa atau memang gapernah samsek. Well, kualitas animasinya di beberapa scene sih memang b aja dan nggak mulus (kalau dibilang “buruk” agak exaggerating soalnya). TMNT berjalan dengan cukup draggy, tapi at least ter-payoff lah sama final battlenya