“You speak any Arabic?“
“Yeah. Assalamualaikum.”
My laugh burst for a couple of minutes only because of watching that scene🤣
Watched this one week after my Bully died. In the beginning, I was a bit confident that I would not cry because I had accepted his death. I know he's already happy up there on the rainbow bridge. He’s no longer suffering. Turns out, I was wrong. I failed. I still cried. Alone in my room at 2 AM. 🥺 We all know that the story is not making any sense, but who fucking cares? It’s a real story tho, let God be the only entity to know very well how the heck Arthur in real life did it
Film horor yang cocok buat orang penakut seperti gue. Nyaris gak ada jumpscare atau setan-setanan seperti film horor pada umumnya. Kecerdasan film ini nggak hanya ditunjukkan dari segi eksekusi ceritanya, melainkan dari segi cinematography-nya yang cerah tetapi berbanding terbalik dengan vibe ceritanya yang kelam.
Hanya memanfaatkan 1 bangunan megah sebagai latar tempat, tapi bisa dengan sangat baik mengeksplor borok dari beberapa tokoh, yang memiliki status sebagai ”kiblat para umat Katolik di seluruh dunia”.
Conclave punya segi teknis yang teramat sinematik. Dari komposisi gambar yang cantik dan artistik, hingga ke suara yang sukses mempermainkan psikologis penonton. Eksekusi jumpscarenya mengingatkan pada Siksa Kubur (2024) karena dilatarbelakangi oleh konteks yang sama.
Isu-isu kekinian pun turut ditebar di sini. Mulai dari gender hingga islamophobia. Senang melihat keduanya disampaikan dengan…
First time watching this crazy masterpiece after ten years from its original release date 😭 Di IMAX The Park Semarang showtime 13.20 hari ini, penonton pada tepuk tangan di penghujung film 👏🏻👏🏻
Mulai dengan membahas production design-nya, salah satu fakta yang diketahui masyarakat karena didaur ulang terus-menerus hingga saat ini untuk konten akun fakta di sosmed: Ladang yang dibuat sendiri selama berbulan-bulan dan kemudian cuan karena dijual lagi setelah syuting kelar. Hanya dengan satu fakta tersebut, sudah tak perlu dipertanyakan…
Sekuel yang lebih bloody, berdurasi lebih panjang dan tentunya lebih padet! Puas banget selama 2 jam 30 menit nyaksiin adegan bacok-bacokan penuh tumpah darah yang super-duper intens dan thrilling. Apalagi dibantu dengan style sinematografi yang tak lagi seperti film pertamanya, sehingga (menurutku) menghasilkan pengalaman menonton yang jauh lebih mengesankan. Acting Iko Uwais pun mengalami peningkatan amat pesat dibandingkan dengan di film pertamanya.
This review may contain spoilers. I can handle the truth.
Sebagai kelahiran 2000an awal, dulu baru nonton yg pertama di pelajaran BK pas SMP, di mana 1 jam pelajaran cuma 40-45 menitan gitu. Jd nontonnya sampe abis butuh waktu berminggu” karena BK cuma seminggu sekali :(( Mana abis itu gapernah nonton lagi. Akhirnya bener“ lupa dan blank parah sama ceritanya
Baru adegan opening aja udh musikal. Vibe nya happy bgt asli, bikin mood naik. Dan yg mainin adegan musikal nya tuh kebetulan emg bisa nyanyi, bukan aktor yg bukan penyanyi…