RyèVieuw has reviewed 32 films tagged ‘🇮🇩-in-every-second’ released in 2022.

Seperti biasa, cerita cheesy ala ala wattpad. Dialognya banyak yang cringe dan keputusan karakter-karakternya seringkali kerasa nggak make sense atau berlebihan. Termasuk stereotipe basi mengenai cowok kaya di Wattpad yang bebas beli apapun tanpa perlu mikir panjang. Belum lagi, Bryan Domani di sini somehow kerasa ganggu banget dengan aksen bule-nya. Nothing special kecuali ending-nya yang nggak maksa harus happy ending dan scene dibawain bekel nasi goreng yang sukses bikin gue nostalgia ke masa-masa sekolah dulu😥
Inget banget dulu pas awal rilis pada rating rendah film ini. Saat itu gw belum bikin akun LB, dan mindset gw masih ”ah paling orang-orang overhate aja gegara ga suka sama kelakuan JN”. Baru kepikiran nonton sekarang, ternyata... memang sejelek itu. Nggak nonton versi Koreanya, jadi cuma mau komen versi Indo ini aja. Ceritanya terkesan seperti “versi over-the-top“ dari FTV. Background dari para karakternya nggak ada satu pun yang diberi eksplorasi secara signifikan, jadi sepanjang nonton cuma bisa bingung dan misuh-misuh kalo karakternya keliatan aneh. Satu bintang hanya untuk visualisasi & wardrobe warna warni-nya yang memanjakan mata.
This review may contain spoilers. I can handle the truth.
Paruh awal film ini berlangsung dengan sangat lambat dan boring, hampir berkali-kali bikin ketiduran. Namun, ketika masuk ke part roadtrip, laju cerita menjadi cukup seru untuk diikuti hingga selesai, sekalipun terkadang masih terasa lambat juga.
Namun, cukup mengganggu untuk mendengar para karakter di film berlatar Minangkabau ini lebih banyak berbicara dalam Bahasa Indonesia baku seperti membaca kalimat dari naskah secara mentah-mentah. Salah satu bagian ceritanya pun ada yang sangat bodoh dan membuat gue misuh-misuh, yaitu ketika sang kakek dikejar-kejar oleh orang desa yang salah paham, ia langsung tancap gas vespanya dan meninggalkan sang cucu begitu saja.
Drama keluarga ❎
Adventure anak-anak tentang mencari keluarga ayam ✅
Masih fun dan heartwarming seperti film pendahulunya sih, walau konfliknya konyol banget. Cara konfliknya diselesaikan pun keliatan dibuat-buat dan terkesan terlalu kebetulan. Well... namanya juga film untuk semua umur.
Jadi pengen ada Keluarga Cemara 3, tapi pas Widuri udah dewasa. Karena waktu kecil aja dia udah berani nge-skakmat orang tua dan kakak nya sendiri yang ngga nepatin janji, di bayanganku kalo dia udah kuliah, fix tipikal mahasiswa aktivis yang rajin ikut demo dan lantang mengkritik pemerintah.
Desain setting jadul nya bisa dibilang niat banget sih, bahkan nyertain footage jakarta era zaman dulu buat nostalgia. Sebagai Gen Z yang udah terbiasa sama jokes-jokes receh, tipe jokes di sini jelas bukan seleraku sih. Meskipun memang ada beberapa scene yang masih bisa bikin ngakak, tapi rata-rata sih cuma bisa bikin ketawa datar aja. Second actnya kerasa draggy parah dan bikin ngantuk pula sampe nyaris ketiduran, padahal udah tidur 8 jam++. Akhirnya kudu berkali-kali keluar app Prime dan baru lanjut lagi beberapa menit kemudian.
Eksplorasi backstory nya udah lumayan bagus sekalipun durasinya hanya kurang dari 2 jam. Namun, terkadang terasa sekali bahwa penulis naskah film ini terlalu menggampangkan proses berjalannya cerita. Terutama ketika itu terjadi pada sang tokoh antagonis yang mulanya sudah berhasil memberikan kesan garang melalui keapikan acting skill dari the one and only Teuku Rifnu Wikana si spesialis antagonis, tetapi gara-gara satu keputusan bodoh di dalam cerita, ia malah terlihat tidak lebih daripada penjahat amatiran. Selain itu, penempatan adegan slow-mo yang terlalu…
This review may contain spoilers. I can handle the truth.
Dengan durasi hanya 81 menit, mulanya aku sempet underestimate bahwa character film ini nggak akan terdevelop dengan baik. Ternyata lumayan lah, meskipun seharusnya bisa lebih baik lagi. Unsur komedinya memang tempelan doang, tetapi unsur dramanya lumayan menyentuh dan mengharukan, terutama pada part melepas pembantu yang sudah lama kerja di rumah untuk balik ke kampung for good, terasa cukup personal bagiku karena telah mengalaminya berulang kali. Tone film nya pun cukup enak untuk dipandang. Akting para pemain pun oke. Namun, yang berperan sebagai anak dapat dibilang miscast, karena tidak cocok untuk diceritakan sebagai anak dari Morgan & Velove.
Satu bintang buat Nasya Marcella aja.
Sebenarnya udah dari awal rilis pengen nonton mahakarya yang satu ini, tapi karena gua haters garis keras nya Petir family, gua tahan-tahan untuk ga nonton. Gengsi lah yaa. Fast forward 2 tahun kemudian, entah kesambet geledek apa, pas liat watchlist Prime gua, malah kepikiran nonton ini yang tentunya gaada di antara list itu. Liat log juga masih banyak yang nonton di awal 2025 yang indah ini, yaudah gas dah, penasaran aja seberapa hancurnya karya…
This review may contain spoilers. I can handle the truth.
Sound effectnya bagus ya, soalnya pas adegan emak lisa ngetok pintu w beneran kaget anj😭
Pas adegan ketauan nonton bokep juga... HAHAHA bisa bgt ngerasain takutnya klo ketauan anjritt. Kreatif juga pola sound effectnya yg gonta-ganti dari 1 objek ke objek lain itu. Kek nyambung aja gitu jadinya
Banyak ya hal2 relatable yg terjadi di kehidupan org +62 digambarin di film ini, kayak :
- bagaimana ortu konservatif mendidik anaknya, yg buat gw pribadi masi lumayan relatable meski ortu gw…
This review may contain spoilers. I can handle the truth.
Seneng nya 3 taun berturut2 at least ada 1 film Indo yg pake anjing jadi main character atau bagian dari cerita🫶 sering2 dong ehehe. Tapi kenapa ya, semua film yg ada anjing jd pemain, anjingnya harus selalu diceritain mati😭 plis biarin aja anjingnya live peacefully huftt
Gw suka bgt sama all about jaman jadulnya, mulai dari gaya rambut, bentuk rumah, budaya (termasuk budaya bullying yg diabaikan oleh guru kan sampe skrg masi jd budaya di sekolah2 indo, ups), dan.. flirting2…