RyèVieuw has reviewed 25 films tagged ‘🇮🇩-in-every-second’ released in the 2010s.

Nonton sama keluarga dan mereka misuh-misuh karena treatment penceritaannya yang cukup unik untuk ukuran film Indo, lol. Minim jumpscare pula tp intensitasnya cukup berhasil buat bikin nggak nyaman. Terlebih dengan pengarahan kamera yang shaky, sehingga filmnya feels so real. Third act nya itu bagian terbaik sih in my opinion. Namun, aku kurang suka dengan penggunaan Bahasa Inggris di film ini karena sama sekali nggak ada urgensinya.
Konflik-konflik di dalam keluarganya grounded dan relatable. Bakal makin relate bagi beberapa orang yang mengalami hal yang sama ketika Covid-19 melanda. Beberapa di antara konfliknya nggak menemui penyelesaian dan ditinggalin begitu aja, termasuk penyelesaian dari main conflict-nya yang disimplifikasi. Namun, karena ini film keluarga untuk semua umur, bisa dimaklumi lah. Planting iklan Gojek di film ini pun cermat dan smooth sekali, karena menjadi bagian dalam cerita, jadi nggak terkesan maksa.
Sekuel yang lebih bloody, berdurasi lebih panjang dan tentunya lebih padet! Puas banget selama 2 jam 30 menit nyaksiin adegan bacok-bacokan penuh tumpah darah yang super-duper intens dan thrilling. Apalagi dibantu dengan style sinematografi yang tak lagi seperti film pertamanya, sehingga (menurutku) menghasilkan pengalaman menonton yang jauh lebih mengesankan. Acting Iko Uwais pun mengalami peningkatan amat pesat dibandingkan dengan di film pertamanya.
Dibuat amazed saat liat cuplikan one take nya yang direpost berulang-ulang di Twitter, tapi baru sempet nonton full filmnya sekarang. Suka sama fighting scene nya yang lebih banyak manfaatin adu pukul antar anggota badan karakternya daripada pake benda-benda di sekitar. Sinematografinya pun cukup unik, menimbulkan kesan seperti dingin dan kelam, turut mencuri perhatian sepanjang menonton. Oh ya, mungkin karena Iko Uwais baru awal-awal main film di sini, artikulasinya saat berdialog tampak masih kurang lancar. Namun, overall ini udah oke banget. Terutama karena ketika film ini dirilis, dia masih satu era dengan maraknya horor tjaboel di Indo
Dulu pernah nonton ini di iflix jaman pandemi sama Bokap, tapi baru beberapa menit berjalan udah blio keluarin karena seinget gua katanya “filmnya nggak jelas“. Kemudian, pas scroll2 Prime kemarin nemu film ini, akhirnya coba nonton lagi dari awal.
Pemain-pemainnya unik sih, bukan aktor kelas A atau papan atas. Aktingnya overall pada bagus dan natural, berasa kaya nontonin Aa-Aa dan Teteh-Teteh Sunda ngobrol biasa aja di kehidupan nyata. Treatment dialog nya nggak kalah unik, karena nyambung-nyambungin kalimat terakhir dari sebuah scene…
Udah mau berganti hari tapi belum sempet nonton apapun, akhirnya menengok watchlist untuk memilih mana yang durasinya singkat biar bisa log hari ini dan tak kusangka bahwa pilihan jatuh kepada film 22 Menit. Cukup membuatku bereaksi "wow" ketika mengetahui ada film action yang durasinya hanya 1 jam lebih dikit dan not surprised kalau setelah nonton ngasih rating jelek. Padahal eksekusi action scenenya sukses bikin deg-deg-an, berhasil memberikan efek thrilling. Ditopang dengan CGI yang—as I expected saat nonton trailernya sebelum tekan…
Setidaknya dari 2016 hingga tahun 2018, keluarga besarku dari pihak ibu punya ritual yang sama di penghujung tahun: menonton filmnya Ernest yang selalu ngasih slot di akhir tahun. Namun, cukup berbeda pada akhir 2017 itu, randomly kami malah milih film ini untuk nobar wkwk. Ku masih inget banget omelan mamaku waktu itu ”filmnya kayak sinetron banget“ 😂