This review may contain spoilers.
RyèVieuw’s review published on Letterboxd:
“Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” — Matius 19:6
Sebuah film yang berusaha mengajukan kritik terhadap para korban KDRT yang berpegang erat kepada ajaran tersebut. Tak peduli digebukin sampe seberapa lebam, pokonya ingat terus mengenai ayat itu! Jangan cerai! Premis film ini menurut gw nggak bermaksud untuk meragukan kebenaran dari ajaran suatu agama melainkan lebih kepada mempertanyakan “Affah iyah Tuhan Yesus rela liat umatnya digebukin sama suaminya sendiri?”, alias, SEHARUSNYA ayat tersebut dipahami secara kontekstual. (TMI: saya anak Papi J kok). Masa iya kita harus menyuruh penulis Kitab Matius agar menambahkan kalimat “...kecuali jika kamu menjadi korban KDRT“ di dalam ayat tersebut? Padahal kita manusia yang dikaruniai akal sehat dan kesempurnaan dalam berpikir.
Kalo aja film ini dengan gamblang dipromosikan sebagai "film perselingkuhan" alih-alih trying too hard to be a fucking arthouse movie, seperti Layangan Putus & Ipar adalah Maut milik PH sebelah, gw yakin penonton bakal sama riuh-rendahnya dalam memaki2 seluruh tokoh laki2 dalam film ini yang secara kebetulan bajingan semua.
Sayangnya, dengan banyaknya adegan yang bertele2 beserta alur yang bikin pusing dan bahkan disampaikan dalam durasi yang terlalu panjang membuat film ini terkesan tidak serius dalam mengeksekusi ide se-sensitif KDRT. Berbaik hati gw kasih 3 karena unsur thrilling-nya lumayan mencekam untuk gw yang menontonnya saat sedang home alone.