RyèVieuw’s review published on Letterboxd:
Pertama baca novelnya udah cukup lama, yaitu tahun 2022. Namun, somehow gue masih bisa inget detail-detail tertentu dalam novelnya yang dimasukkan ataupun nggak di versi film ini.
Production designnya luar biasa megah dan stylish, no doubt. First of all, apresiasi usaha untuk menyulap Kota Lama kembali ke era kolonial. Lalu, tentu saja wardrobe-nya yang stylish dan memanjakan mata, serta sound designnya yang sukses bikin senam jantung mini. Kemudian, terkait penggunaan Bahasa Belanda, sekalipun gue bukan penutur bahasa itu, pengucapannya looks believeable dan keliatan jelas kalo udah dilatih terlebih dulu.
On the another side, agak mixed feelings sih soal aspek wardrobe ini. Seperti yang menjadi perdebatan pas awal trailernya rilis—walau pas liat itu semua, gue sempet denial dikit karena udah terlanjur excited sama filmnya, LOL—pakaian yang dikenakan memang keliatan bersih banget dan kentara kalo baru dibeli buat keperluan syuting. Chicco Jerikho pun cukup questionable dengan badan super kekarnya itu. Bahkan, I bet dia bisa bikin K.O. para tentara Belanda—yang ga seberapa muscular dibanding dia—hanya dengan tangan kosong. Last but not least… scene "perang" yang terpampang di kata pertama pada judulnya, justru tergolong sedikit.