This review may contain spoilers.
RyèVieuw’s review published on Letterboxd:
Fyi aja, RS univ gue jadi latar syuting untuk series ini. Sedikit cerita mengenai di balik layar selama proses syutingnya, ternyata banyak anak FK di sini yang nggak sreg sama proses tsb, karena cukup mengganggu kegiatan mereka. Soalnya proses syuting menggunakan beberapa tempat, sehingga menyebabkan beberapa banyak anak FK yang mau makan di kantin ataupun belajar jadi terhambat. Bahkan seinget gue beberapa pasien RS juga sempet komplain di menfess kampus karena proses berobat mereka pun ikut terganggu. Crew Sekotengs cobalah klen overthinking sedikit, mereka ini kan the real calon dokter di masa depan yak, bukan boong-boongan alias fiktif kayak para Sekotengs. So dengan terganggunya proses belajar mereka di KAMPUS MEREKA SENDIRI itu sama aja klen meng-gatekeep proses berkembangnya dunia kesehatan Indo. Bitch please!
Terlepas dari itu tadi, gue salut sama kebaruan ceritanya di ranah sinema Indonesia karena mengangkat dunia kedokteran. Background story medisnya bisa dibilang sangat proper, karena selama 6 episode penonton disuguhi penjelasan-penjelasan mengenai segala istilah di dunia medis yang pastinya asing di telinga orang awam seperti kita-kita ini. Walau untuk penempatannya agak tumpang tindih sama subtitle sih dan penjelasannya terlalu cepat ngilang, mungkin karena kejar-kejaran sama durasi per episodenya yang rata rata cuma kurang dari 45 menit kali ya.
Dari awal episode liat credit title ada nama Tatjana berperan sebagai Lifina. Tapi sampe episode ke 4 belum muncul juga. Eh somehow gue menemukan fakta bahwa Lifina adalah penulis webtoon nya bjirr. Terus pas di episode ke 5 Tatjana akhirnya muncul physically jadi pasien, gue malah ragu kek “ini bener Tatjana apa bukan sih”, ternyata di akhir episode di spill kalo ternyata dia adalah naratornya. Walaupun suara Tatjana sopan banget masuk telinga penonton, somehow menurut gue narasi-narasinya rada cringe sih especially kalo narasiin part-part romance nya. Entahlah, mungkin penonton cewek justru merasa narasinya gemesin? Who knows.