This review may contain spoilers.
RyèVieuw’s review published on Letterboxd:
Baru episode awal, udh ada adegan pembunuhan yg menurut gw kecepetan, terlalu satset. Gw baru berusaha memahami apa yg terjadi, bagaimana dia dibunuh, tau2 udh beda adegan aja. Eh giliran masuk ke segmen action malah lelet. Ada aja yg bikin seorang tokoh ragu2 pas mau nembak tokoh lain 😭
Walaupun pemerannya banyak banget, tp hampir semua pemerannya masih berfungsi dgn baik kok, bahkan sampai ke ingnya segala. Karena emang dari setiap alur cerita di masing2 episode nya sendiri membutuhkan keterlibatan semua komposisi pemain, dari MC sampai ke ing. Sedangkan di sini ada sekitar 5-7 karakter yang full nongol dari awal sampe akhir, atau setidaknya di lebih dari 1/2 total episodenya (disini total episode 8, banyak yg nongol sebanyak 4-6 episode). Karena klo gw amatin di beberapa series Vidio yg lain, dengan total episode yg juga (hampir) selalu 8, seringkali karakter pendukungnya cuma muncul di 1-3 episode awal, atau 1-3 episode akhir. Bahkan parahnya lagi namanya jarang disebut😭, jadi berasa NPC/figuran, padahal bukan loh.
Pas adegan kejar2an, jalanannya sepi. Yaa settingnya memang malem, tp kan ini kota Jakarta weh yg gapernah tidur. Kalo set nya di jalan2 perkampungan gitu oke lah, tapi ini jalan raya njir. Bisa lah harusnya effort sedikit kasih extras pengendara motor/mobil.
Episode terakhir secara kebetulan bisa menyesuaikan kondisi salah satu pemerannya, yaitu alm. Om Yayu Unru yg jadi Indra Arsyad, yg (mungkin) saat syuting eps terakhir itu berlangsung, beliau udh sakit/ bahkan meninggal. Karena project ini pertama kali di announce sekitar bulan November dan bulan depannya beliau berpulang. Jadi diceritakan kalo si Indra Arsyad terjerat kasus korupsi di episode 6 atau 7 (lupa), lalu di eps 8 dia ga nongol lagi dan Lasya bilang kalo dia menghilang entah ke mana.