This review may contain spoilers.
RyèVieuw’s review published on Letterboxd:
Bu tejo dan gengnya nge-carry unsur komedi di film ini dengan sangat baik. Bahkan ada satu adegan di toko barang2 China, yang komedinya agak cringe, tapi begitu bu tejo nongol langsung ngakak.
Plot utama film ini sebenarnya adalah lamaran beda budaya antara anaknya Bu Tejo dan orang Chinese yg jadi calonnya. Tapi adegan lamaran itu terlambat dimasukin, baru nongol di 1/2 jam terakhir filmnya. Sebelum itu, sepanjang film kita cuma disuguhkan lika-liku Bu Tejo and the genk dalam melakukan perjalanan ke Jakarta. Akibatnya, adegan ini jadinya dieksekusi dengan terlalu terburu2 dan penyelesaian nya dibikin gampang aja ala ala FTV SCTV di pagi hari. Rasa2nya adalah kelangkaan untuk di Indonesia ini menemukan dua orang tua yang akan berbesan-an dengan pemikiran kolot mereka masing2 untuk berdamai dengan mudahnya for the sake of anak mereka agar bisa menikah dengan tentram dan damai.
Belum lagi ada adegan anaknya Bu Tejo dijodohin sama anak dari salah satu anggota genk nya Bu Tejo, yang mana keliatan banget kalo itu masih anak kecil sedangkan anaknya Bu Tejo aja udah gede dan udah mau lamaran malahan. WTF?? Mana para ibu2nya ketawa2 aja, padahal mereka ga sekampung itu, alias udah pada modern loh?? Bukan tipikal orang tua pedalaman yang berpendidikan rendah dan sukanya jodoh2in anak mereka seenak jidat. Gw sampe melongo bjirrr liatnya.