This review may contain spoilers.
RyèVieuw’s review published on Letterboxd:
First of all, marilah kita beri tepuk tangan untuk film ini karena berhasil menyajikan POV yang berbeda tentang “ perselingkuhan ”, sebenarnya sama seperti film Noktah Merah Perkawinan yg juga tayang 1 minggu setelah Mendarat Darurat.
Ada sekitar 3 jokes di film ini yang diulang2, and most of them jatuhnya jadi nggak lucu lagi setelah diulang untuk kesekian kalinya. Tapi diluar itu, jokes2 lain masih menghibur sih untungnya.
Pandji selaku sutradara disini nyindir kelakuan “ajaib“ masyarakat Indo melalui jokes2nya seperti jokes bawa bom di pesawat yg ga bisa dianggap sekedar “jokes“ atau pertanyaan2 goblok wartawangentot pas ada orang lagi berduka. Itu juga yg jd poin plus film ini karena penyampaiannya pas dan ga mengganggu.
Balik lagi ke kejanggalan2 di film ini yg lumayan dipertanyakan, kaya orang waras mana yg manasin martabak sisa semalem buat malam selanjutnya (buset ga basi?, gw paham sih mau nunjukkin secara simbolis betapa hubungan mereka merenggang dilihat dari hal2 kecil tentang Maya yg Glenn ga pahami, tp minimal kasihlah adegan yg logis gitu. Misal si Glenn beli martabak telor padahal Maya sukanya martabak manis, kan lebih mashook).
Dan satu lagi yg gw anggap sebagai “ kekurangan terbesar ”film ini ( karena jadi pemicu konflik utamanya ) Yaitu Glenn ga bener2 naik pesawat, tapi dalam berita tentang kecelakaan pesawat yg nampilin daftar nama penumpang, dia terdaftar. Ini sebenarnya oke2 aja... ASALKAN, ada adegan berita di TV/media online yg ngejelasin klo dia sebenarnya ga di pesawat, jadi dia selamat. Dengan adanya adegan itu ga bikin filmnya otomatis selesai kok, kan masih bisa dibuat ceritanya si Maya atau Maknya glenn gak liat TV / berita / perhatiannya teralihkan gitu, apa kek. Gw sampe nyari2 berita org yg gajadi naik pesawat yg ternyata kemudian mengalami kecelakaan (demi nyamain logikanya ), dan bener aja, ga butuh lama untuk seluruh dunia agar tau tentang itu, 1-3 hari setelah kecelakaan juga udh nongol beritanya.