This review may contain spoilers.
RyèVieuw’s review published on Letterboxd:
Suka sama inti ceritanya yang membedah pemaknaan dari mengenai mitos "jangan liat ke belakang" saat naik gunung, yaitu agar kita jangan terus nengok ke masa lalu ("belakang") dan harus move on (lihat ke "depan"). Ngga expect aja unsur mistisisme bisa dibedah secara psikologis, kreatif banget sih ini. Terasa senada dengan misi nya Ferry Irwandi yang sedang viral akhir-akhir ini, yaitu untuk mengentaskan pemujaan berlebihan masyarakat +62 terhadap hal-hal berbau mistisisme. Kalo sekawan limo pake pendekatan psikologis, Ferry Irwandi pake pendekatan logika.
Background cerita dari para sekawan limo overall masih banyak yang cuma diceritain 'sekilas' dan akibatnya pun berakhir dengan meninggalkan sejumlah pertanyaan setelah kelar menonton. Part komedinya menurutku baru kerasa lucu di babak ketiga, sebelum itu masih belum bisa bikin ketawa. Penampakan setannya terkadang agak too much, terutama kalo ditampilkan pada saat latarnya masih pagi atau siang hari, berasa kurang cocok aja.