RyèVieuw’s review published on Letterboxd:
Hanya memanfaatkan 1 bangunan megah sebagai latar tempat, tapi bisa dengan sangat baik mengeksplor borok dari beberapa tokoh, yang memiliki status sebagai ”kiblat para umat Katolik di seluruh dunia”.
Conclave punya segi teknis yang teramat sinematik. Dari komposisi gambar yang cantik dan artistik, hingga ke suara yang sukses mempermainkan psikologis penonton. Eksekusi jumpscarenya mengingatkan pada Siksa Kubur (2024) karena dilatarbelakangi oleh konteks yang sama.
Isu-isu kekinian pun turut ditebar di sini. Mulai dari gender hingga islamophobia. Senang melihat keduanya disampaikan dengan adem, ramah, dan touching. Bahkan, isu gendernya berhasil dikaitkan dengan ajaran agama Katolik yang tidak akan bikin orang Katolik butthurt karena understandable enough. Begitu pula dengan islamophobia, sebagai umat "Tuhannya sama, tapi beda kabel", saya ikut merasa sangat bangga karena eksekusinya tidak propagandis alias tidak mengajarkan kebencian terhadap server sebelah. Conclave berhasil sembuh dan lolos dari phobia klasik itu.
